*Oleh Annadi Muhammad Alkaf
Penulis: Haruki Murakami
Penerbit: Vintage International
Tahun Terbit: Oktober, 2005
ISBN: 03072752664
Tebal: 489 Halaman
“Sometimes
fate is like a small sandstorm that keeps changing directions. You change
direction but the sandstorm chases you. You turn again, but the storm adjusts.
Over and over you play this out, like some ominous dance with death just before
dawn. Why? Because this storm isn’t something that blew in from far away,
something that has nothing to do with you. This storm is you. Something
’inside’ of you. So all you can do is give in to it, step right inside the
storm, closing your eyes and plugging up your ears so the sand doesn’t get in,
and walk through it, step by step. There’s no sun there, no moon, no direction,
no sense of time. Just fine white sand swirling up into the like pulverized
bones. That’s the kind of sandstorm you need to imagine.”—Halaman 5.
Paragraf di atas saya kutip dari bagian
awal dalam novel Kafka on The Shore
karya Haruki Murakami. Novel ini mengisahkan pelarian seorang remaja laki-laki
berusia 15 tahun bernama Kafka Tamura.
Dalam perjalanannya lari dari rumah, ia bertemu dengan beberapa tokoh lain yang
membantunya dalam pelarian hingga memberinya pekerjaan. Mulai dari tokoh Sakura—wanita berusia beberapa tahun
lebih tua darinya dan sempat menimbulkan teka-teki apakah Sakura adalah kakak perempuan Kafka
Tamura yang bersama sang Ibu pergi meninggalkan Kafka Tamura saat keduanya masih anak-anak. Selain Sakura, ia juga bertemu dan berteman
baik dengan Oshima—seorang perempuan
yang lebih suka berperilaku dan berpenampilan sebagai pria kendati pun tetap
memiliki orientasi seksual terhadap pria. Serta Miss Saeki—kepala Komura
Memorial Library, wanita berusia 50 tahunan yang kemudian saling jatuh
cinta dengan Kafka Tamura.
Disisi lain juga diceritakan tentang tokoh
Nakata, kakek tua yang dapat
berbicara dengan kucing. Nakata diceritakan sebagai seorang yang bodoh setelah
mengalami kejadian aneh saat perjalanan naik gunung bersama teman-temannya
sewaktu ia masih SD pada masa perang tahun 40an. Sebelumnya Nakata dikenal sebagai bocah yang cerdas
dan unggul dikelasnya.
Membaca Kafka on The Shore jelas memerlukan kesabaran serta perenungan
mendalam dalam menanggapi isi atau alur cerita yang disajikan oleh Murakami.
Novel bergenre surealis ini banyak mengandung unsur-unsur filosofis yang
menarik untuk direnungkan. Cerita yang tidak masuk akal seperti ikan sarden dan
lintah yang tumpah dari langit justru membuatnya semakin menarik, khas genre
surealis yang sangat kental. Salah satu yang menarik dalam novel ini adalah
kemunculan tokoh yang mengaku sebagai Colonel
Sanders (pendiri KFC) yang muncul secara tiba-tiba ketika Hoshino—teman sekaligus asisten Nakata—sedang berusaha mencari batu yang
disebut “entrance stone”. Barangkali tokoh Colonel
Sanders sengaja dimunculkan oleh Murakami untuk menjelaskan Kapitalisme
dengan gayanya sendiri. Pada halaman 352, Colonel
Sanders berkata: “It’s like I told you, I’m neither God nor Buddha, not a
human being. I’m something else again—a concept.” atau di halaman 296: “....I’m very pragmatic being. A neutral
object, as it were, and all I care about is consummating the function I’ve been
given to perform.”
Barangkali hal tersebut hanya satu dari
banyak hal menarik yang disajikan atau disisipkan oleh Murakami dalam novelnya
yang satu ini. Di bagian lain pembaca bisa menemukan ketika Murakami secara
tersirat menyamakan pemerintah Tokyo dengan anjing, sejarah tentang perang yang
dipimpin oleh Napoleon, potongan biografi Ludwig
van Beethoven, cerita mitologi Yunani, dan lain-lain.
Secara keseluruhan, saya cukup menikmati
membaca novel ini. Cerita yang berselang-seling di setiap bab antara cerita Kafka Tamura dan Nakata yang pada bagian awal cerita terkesan membingungkan dan
menjadi misteri, setelah di baca lebih lanjut maka akan semakin terlihat
hubungan di antara keduanya. Lalu, apa sebenarnya hubungan antara mereka
berdua? Saya sarankan anda untuk segera membaca novel setebal 489 halaman ini.
*Penulis saat ini menjabat sebagai anggota divisi pendidikan LPPMD Unpad periode 2016-2017. Ia sedang menjalankan studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpad.
*Penulis saat ini menjabat sebagai anggota divisi pendidikan LPPMD Unpad periode 2016-2017. Ia sedang menjalankan studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpad.