Lembaga Pengkajian dan Pengabdian
Masyarakat Demokratis (LPPMD) Unpad menggelar diskusi kurikulum untuk
kader-kader LPPMD dalam tahun kepengurusan 2017/2018 pada Kamis (22/3). Diskusi
kurikulum yang bertemakan ‘Filsafat Etika’ dipantik oleh Nuraeni, dosen
Hubungan Internasional FISIP Unpad dan Justito Adiprasetyo, dosen Jurnalistik
Fikom Unpad.
Diskusi yang diadakan di Ruangan
Diskusi, Bale Pabukon sayap kanan, Kampus Unpad Jatinangor tersebut dibagi
menjadi dua sesi. Sesi pertama membahas pengantar etika yang dipantik oleh
Nuraeni. Di sini, Nuraeni memaparkan filsafat secara umum dan jenis-jenis yang
ada di dalam perspektif etika
Menurut Nuraeni, Filsafat memiliki
empat cabang utama, yakni epistemologi, ontologi, etika, dan logika. Epistemologi
memplejari bagaimana pengetahuan dibentuk. Ontologi, mempelajari bagaimana
suatu hakikat atas suatu pengetahuan. Filsafata etika, berbicara mengenai
bagaimana laku manusia seharusnya dijalankan. Terakhir, adalah filsafat logika.
Selanjutnya, Nuraeni menambahkan
kalau filsafat etika sebagai cabang utama filsafat. Etika, termasuk ke dalam
filsafat moral dan filsafat praktis. Etika, mempelajari bagaimana seharusnya
hubungan antara manusia dengan manusia lain. Perbedaan antara etika dengan
moral diartikan secara berbeda oleh filsuf. Dari kedalamannya, etika lebih
dalam daripada moral. Keadilan menjadi subjek besar dari cakupan bahasan
keduanya.
Filsuf etika besar, salah satunya
adalah Adam Smith. Sebelum menghasilkan idenya soal ekonomi politik lewat The Wealth of Nation, ia telah
menawarkan idenya mengenai etika kehidupan dalam Teory of Moral Sentiment.
Lebih jauh lagi, Plato mengawali
filsafat etika dengan Keutamaan yang
menurutnya terkandung di dalam setiap manusia. Manusia, selalu terarah menuju
keutamaan. Menuju kebaikan. Itu bekerja karena kebaikan ada dalam jiwa manusia.
Keutamaan yang ditawarkan oleh Plato adalah salah satu aliran utama dalam Filsafat Etika. Aliran
lainnya, diantaranya, teleologis, deontologis, utilitarian, eksistensialis,
meta-ethics. Teleologis, berpandangan bahwa kehidupan akan berjalan sesuai
dengan tujuannya. Tujuan, dengan demikian, jadi pembahasan utama dalam
teleologis. Aliran ini pun punya cabang alirannya, beberapa di antaranya adalah
teologis, hedonis, dll.
Deontologis adalah etika
Kewajiban. Tokoh utamanya adalah Immanuel Kant, yang mengatakan bahwa manusia
pada dasarnya menyadari nilai kewajiban. Buktinya, kecelakaan yang menimpa
orang yang tenggelam memaksa orang yang menyaksikan untuk menolong. Ini terjadi
karena rasio manusia terstruktur untuk menempuh kewajiban-kewajiban yang
dihadapkan kepadanya. Tindakan tersebut tidak dilandaska oleh alasan-alasan
tertentu, tapi dilandaskan oleh maxim yang
megharuskan universalitas bagi seluruh manusia berlaku. Ex: aku tidak akan
menyakiti orang karena aku tidak suka sakit.
Utilitarian berpandangan bahwa
yang baik dan benar adalah yang menguntungkan, bukan karena sesuatu itu benar
sedari awalnya. Filsafat ini sering didapatkan dalam praktik politik.
Meta-ethics, mempertanyakan relevansi dari perkembangan ilmu dan konsekuensi
yang menyertainya bagi kehidupan manusia.
Selanjutnya, diskusi berlanjut
dengan pemberian pantikan diskusi yang disampaikan oleh Justito Adiprasetyo.
Justito memulai penjelasan dari kontestasi Empirisme antara Rasionalisme
(Descartes, Leibniz (Eropa Kontinen) dan
Inggris). Immanuel Kant menengahi keduanya dengan membatalkan posisi keduanya
yang ekstrim di masing-masing pihak. Ia melontarkan kritik pada keduanya, bagi
rasionalisme ia berusaha menjelaskan sacra total pure reason dan mencari celah pada yang terjelaskan tersebut.
Nomena, kualitas objektif yang bersifat empiris dijangkau, sedekat mungkin,
dengan pengetahuan tentang alam yang bersifat apriori. Tanpa pengetahuan
tersebut, ia akan terjebak dalam keterbaasan antara manusia dengan apa yang di
luar dirinya oleh ruang dan waktu. Itu semua ditawarkan oleh Kant untuk
menghubungkan empirisme dengan rasionalisme.
Selain usahanya menjembatani
keduanya, ia berasumsi mengenai etika yang mengatur kehidupan manusia. Etika,
baginya, harus berlaku secara universal, Law
of Nature menjelaskan maksudnya ini. Etika universal dilandaskan oleh
imperatif kategori, yakni The formal of
Humanity dan The Formality of
Autonomy.
Etika Kantian berhadapan dengan
oposisinya, etika utilitarianisme. Konsep psychological
egoism milik Jeremy Bentham dan rule
of utilitarianism. Yang pertama membenarkan kegunaan mayoritas, walaupun
mengorbankan hak minoritas. Yang kedua memperbaiki yang pertama dengan kegunaan
harus ditujukan untuk social liberty.
Selanjutnya, Justito menjelaskan
etika Marxian. Bagi mazhab ini, moralitas adalah produk sosiologis dan
historis. Pada zaman perbudakan, moralitas mengafirmasikan praktik budak-tuan.
Etika, bagi Marx, adalah manusia harus mengatasi realitas objektif dengan
ide-ide yang bertolak dari realitas itu sendiri. Secara lebih jelas, yang seharusnya
dirubah adalah basic-structure dari tatanan sosial.
Diskusi berakhir dengan tanya
jawab singkat dari kader-kader LPPMD satu sama lain. Berbagai pertanyaan tidak
hanya datang dari peserta diskusi, tetapi juga dari pemantik diskusi.
Pertanyaan, tanggapan, dan jawaban yang berlangsung di dalam diskusi berhasil
membuat jalannya diskusi yang interaktif.